Apakah band musik Titanic terus bermain sementara kapal tenggelam?
|
Wallace Hartley (kiri: palsu, kanan: asli) |
Ya. Wallace Henry Hartley (33 tahun), violinis, adalah pemimpin band
di Titanic. Harley (kiri) memiliki seorang tunangan di Boston Spa, dekat
Wetherby di Yorkshire, dan ia menghabiskan waktu dengannya sebelum
berlayar dengan Titanic. Setelah kapal menabrak gunung es, Wallace
Hartley mengumpulkan band-nya yang terdiri dari delapan orang, dan
mereka bertemu di Boat Deck dekat pintu masuk Grand Staircase. Di sana,
mereka memainkan ragtime dan waltz. Lebih mendetail, korban selamat
melaporkan mereka memainkan “Alexander’s Ragtime Band” dan “In the
Shadows”. Tak satupun yang menyebutkan lagu terakhir yang dimainkan band
ini ketika kapal tenggelam. Suratkabar melaporkan lagu tersebut adalah
“Nearer, My God, To Thee”, sementara korban selamat lainnya mengatakan
“Song d’Automne”. Seluruh anggota band meninggal dalam peristiwa
tenggelamnya Titanic. Jasad Wallace Hartley ditemukan 4 Mei 1912 oleh
kapal kabel
Mackay-Bennett.
40.000 pelayat berjajar di jalanan selama prosesi pemakamannya di Colne, Lancashire, baratlaut Inggris. Jonathan Evans Jones, aktor yang memainkan Wallace Hartley dalam film
Titanic karya James Cameron, adalah seorang violinis profesional.
|
Pemakaman Wallace Hartley di Colne, Lancashire.
|
Apakah penumpang kelas tiga benar-benar terkunci di bawah kapal seperti di film Titanic?
Ya, tapi tidak persis seperti di film tersebut. Sejarah Titanic
mengatakan bahwa gerbang memang ada dan mengunci penumpang kelas tiga
dari penumpang lain. Tetapi, gerbang ini berdiri bukan untuk
menghentikan penumpang kelas tiga mengambil kursi kelas satu di sekoci.
Malahan, gerbang tersebut berdiri sebagai peraturan mencegah penumpang
kelas tiga yang “kurang bersih” agar tidak menularkan penyakit dan
infeksi ke penumpang lain. Ini dapat menghemat waktu ketika kapal tiba
di New York, karena hanya penumpang kelas tiga yang diharuskan menjalani
pemeriksaan kesehatan.
Pada waktu tenggelam, beberapa penjaga mengunci gerbang menunggu
perintah, sementara penjaga lainnya membolehkan wanita dan anak-anak
naik ke dek atas. Akibat komunikasi buruk dari dek atas, realita situasi
tidak pernah ditemukan. Awak kapal gagal mencari penumpang di kabin dan
daerah umum, dan fakta bahwa sejumlah penumpang kelas tiga tidak menuturkan bahasa Inggris juga menjadi masalah. Akibatnya, banyak penumpang kelas tiga yang tertinggal. Hanya 25 persen dari penumpang kelas tiga yang selamat dari bencana ini.