Mengenai Saya

Foto saya
lhokseumawe, aceh utara, Indonesia
selalu apa adanya
© 2012 Copyright Blog Cewek Cuek. Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Semoga Terinspirasi

Film “Titanic” vs. Sejarah Titanic (3)

Apakah band musik Titanic terus bermain sementara kapal tenggelam?

Wallace Hartley (kiri: palsu, kanan: asli)
Ya. Wallace Henry Hartley (33 tahun), violinis, adalah pemimpin band di Titanic. Harley (kiri) memiliki seorang tunangan di Boston Spa, dekat Wetherby di Yorkshire, dan ia menghabiskan waktu dengannya sebelum berlayar dengan Titanic. Setelah kapal menabrak gunung es, Wallace Hartley mengumpulkan band-nya yang terdiri dari delapan orang, dan mereka bertemu di Boat Deck dekat pintu masuk Grand Staircase. Di sana, mereka memainkan ragtime dan waltz. Lebih mendetail, korban selamat melaporkan mereka memainkan “Alexander’s Ragtime Band” dan “In the Shadows”. Tak satupun yang menyebutkan lagu terakhir yang dimainkan band ini ketika kapal tenggelam. Suratkabar melaporkan lagu tersebut adalah “Nearer, My God, To Thee”, sementara korban selamat lainnya mengatakan “Song d’Automne”. Seluruh anggota band meninggal dalam peristiwa tenggelamnya Titanic. Jasad Wallace Hartley ditemukan 4 Mei 1912 oleh kapal kabel Mackay-Bennett. 40.000 pelayat berjajar di jalanan selama prosesi pemakamannya di Colne, Lancashire, baratlaut Inggris. Jonathan Evans Jones, aktor yang memainkan Wallace Hartley dalam film Titanic karya James Cameron, adalah seorang violinis profesional.

Pemakaman Wallace Hartley di Colne, Lancashire.
Apakah penumpang kelas tiga benar-benar terkunci di bawah kapal seperti di film Titanic?

Ya, tapi tidak persis seperti di film tersebut. Sejarah Titanic mengatakan bahwa gerbang memang ada dan mengunci penumpang kelas tiga dari penumpang lain. Tetapi, gerbang ini berdiri bukan untuk menghentikan penumpang kelas tiga mengambil kursi kelas satu di sekoci. Malahan, gerbang tersebut berdiri sebagai peraturan mencegah penumpang kelas tiga yang “kurang bersih” agar tidak menularkan penyakit dan infeksi ke penumpang lain. Ini dapat menghemat waktu ketika kapal tiba di New York, karena hanya penumpang kelas tiga yang diharuskan menjalani pemeriksaan kesehatan.
Pada waktu tenggelam, beberapa penjaga mengunci gerbang menunggu perintah, sementara penjaga lainnya membolehkan wanita dan anak-anak naik ke dek atas. Akibat komunikasi buruk dari dek atas, realita situasi tidak pernah ditemukan. Awak kapal gagal mencari penumpang di kabin dan daerah umum, dan fakta bahwa sejumlah penumpang kelas tiga tidak menuturkan bahasa Inggris juga menjadi masalah. Akibatnya, banyak penumpang kelas tiga yang tertinggal. Hanya 25 persen dari penumpang kelas tiga yang selamat dari bencana ini.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS