Sudah Tabiat umum manusia bahwa yang merasa
kuat selalu ingin mendominasi.Tentu, itu tidak berlaku hanya bagi
manusia sebagai individu saja Tapi berlaku juga bagi kumpulan-kumpulan
manusia yang membentuk kesatuan atau singkanya biasa disebut negara .
sama halnya dengan manusia negara yang merasa super power cenderung
intervensi negara-negara miskin atau berkembang , intervensi itu umumnya
berimbas pada ketergantugan politik maupun ekonomi negara-negara
misikin atau berkembang kepada negara-negara super power
terkait,ketergantungan itu menjadikan negara berkembang atau msikin
sebagai bidak catur negara super power yang dapat di mainkan sesuai
keinginannya, maka sudah barang tentu bahwa keindependean dan
kemandirian adalah sebagai musuh utama negara super power.
Pasca runtuhnya Uni Soviet tidak ada negara
lain yang pantas disebut negara super power selain Amerika dan
sekutunya. Dominasi itu semakin tampak ketika beberapa negara di belahan
dunia merasakan aroma mesiu dan ganasnya mesin perang negeri paman sam
dan sekutunya tersebut, misalnya saja Irak pada perang teluk I telah
merasakan ganasnya mesin-mesin perang Amerika,serangan ke Irak itu
karena Sadam Husein dianggap terlalu binal tak bisa diatur maka dengan
beberapa alasan Irak di Invasi. Pada waktu itu alasan paling kuat di
hembuskan Media-Media adalah karena Irak telah melanggar kedaulatan
Kuwait sehingga Amerika yang notabane memosisikan diri sebagai Negara
polisi dunia merasa bertanggung jawab atas stabilitas dunia sehingga
Amerika Cs memiliki Legitimasi untuk menyerang Irak, Namun beruntung
pada Perang Teluk I tentara Irak masi cukup tanguh untuk menahan
gempuran Amerika CS sehingga Sadam dengan partai Baatnya(Sosialis) masi
bisa melalglang buana di jagat perpolitikan Irak.
Memang alasan Amerika
itu tampak muliya, namun jika kita sedikit mundur lagi dalam meninjau
sejarah sebelum perang teluk I yaitu perang Irak-Iran justru alasan
tersebut terkesan Paradoks Amerika dalam hal perang Irak-Iran justru
mendukung Sadam Husein yang melanggar kedaulatan Iran dengan Memerangi
garda revolusi Iran.Tapi memang bagi negara Super Power tidak ada
istilah paradoks dalam Kamusnya, yang ada hanya istilah “dominasi”
sebagai mottonya. Dan berikutnya yang telah merasakan Ganasnya mesin
perang Amerika Cs adalah Afganistan dan Irak kloter II serta Libya,
untuk ke Tiga negara yang terahir ini tidak perlu dibahas lagi lebih
lanjut karena tentu masi hangat Dalam Ingatan kita tentang bagaimana
negara-negara Super power mentelanjangi dan memperkosa kedaulatan
negara-negara dibelahan bumi lainnya.
Lain halnya dengan Amerika dengan Gaya Cowboy
dalam politik luar negrinya , Iran justru memilih mengunakan Gaya
pura-pura gila ala Sun Tzu dalam politik luar negrinya , Jurus pura-pura
Gila ini dipilih karena negara Persia itu sadar akan dkekuatannya dalam
menghadapi negara-negara agresor yang anti-kemandirian, sehingga Iran
terkadang bergaya santun dengan meminta dialog sebagai alat Diplomasi
misal dengan mengizinkan IAEA untuk menginvestigasi teknologi Nuklirnya
,tentu itu dilakukan untuk mencari simpati masyarakat Internasional,
namun terkadang Iran berteriak lantang mengharidik habis-habisan negara
Amerika Cs yang dianggapnya sebagai imprialis, bahkan terkadang
sesumbar dengan kemampuan milirternya misalnya sesumbar atas
keberhasilan Garda Revolusi menyergap pesawat Pengintai Amerika yang
itu mengesankan bagaimana kuatnya pertahanan Iran ,sesumbarnya tak
selesai sampai disitu, saat Latihan perang di selat Hormuz Iran
mengancam akan menutup selat hormuz yang notabane jalur utama Minyak
dunia jika Negeri Mullah tersebut di serang, bahkan Iran mengancam
setiap kapal Militer Asing jika berani mendekat akan menerima
konsekuensi keras dari militer Iran, pernyataan ini jelas ditujukan pada
kapal induk Amerika (USS Abraham Lincoln) yang telah melewati selat hormuz beberapa saat sebelum latihan Perang Iran (Vilayat 90) .
Negeri Para Mullah itu sadar betul bahwa steatment tersebut akan
membuat ego nergara-negara super power tertantang, dan mencoba mencari
perkara dengan Iran, dan benar! Setelah Latihan Perang bersandi Vilayat 90
usai kapal Induk Amerika menunjukan nyalinya dengan kembali melewati
selat Hormuz, Namun apa yang terjadi…? Iran tidak melakukan Tindakan
apapun! Hanya terdengar steatmen tersirat yang menyatakan bahwa sejarah
persia bukanlah bangsa Agresor selain hanya untuk mempertahankan diri.
Tampaknya Iran Mencoba mencari simpati masyarakat internasional dan
mengaburkan kekuatannya.
Kisah tentang Gaya premanisme Amerika VS
Jurus pura-pura gila Iran itu memang selalu menarik untuk dibahas dan
tampaknya tahun ini adalah klimaks dari kisah Ameika -Iran. Apakah
Nasib Iran Seperti negara tetangganya(Irak)…? Entahlah…
0 komentar:
Posting Komentar